Kamis, 14 April 2011

RAWAT GABUNG



BAB II
RAWAT GABUNG

2.1 Definisi
            Rawat gabung adalah suatu system perawatan ibu dan anak bersama-sama pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu, setiap saat ibu dapat menyusui anaknya.
            Rawat gabung adalah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan, kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh seharinya.
Ada dua jenis rawat gabung :
a. RG kontinu : bayi tetap berada disamping ibu selama 24 jam
b. RG parsial : ibu dan bayi bersama - sama hanya dalam beberapa jam seharinya. Misalnya          pagi bersama ibu sementara malam hari dirawat di kamar bayi.
Rawat gabung parsial saat ini tidak dibenarkan dan tidak dipakai lagi.

2.2 Tujuan Rawat Gabung
a. Memberikan bantuan emosional
1). Ibu dapat memberikan kasih sayang sepenuhnya kepada bayi
2).Memberikan kesempatan kepada ibu dan keluarga untuk mendapatkan pengalaman dalam merawat bayi.
b. Penggunaan ASI
1). Agar bayi dapat sesegera mungkin mendapatkan kolostrum/ASI
2). Produksi ASI akan makin cepat dan banyak jika diberikan sesering mungkin
c. Pencegahan infeksi
mencegah terjadinya infeksi silang
d. Pendidikan kesehatan
Dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan kesehatan pada ibu
e. Memberikan stimulasi mental dini tumbuh kembang pada bayi

2.3 Manfaat Rawat Gabung
a. Bagi ibu
1). Aspek psikologi
Ø Antara ibu dan bayi akan segera terjalin proses lekat (early infant-mother bonding) dan lebih akrab akibat sentuhan badan antara ibu dan bayi
Ø Dapat memberikan kesempatan pada ibu untuk belajar merawat bayinya
Ø Memberikan rasa percaya kepada ibu untuk merawat bayinya. Ibu dapat memberikan ASI kapan saja bayi membutuhkan, sehingga akan memberikan rasa kepuasan pada ibu bahwa ia dapat berfungsi dengan baik sebagaimana seorang ibu memenuhi kebituhan nutrisi bagi bayinya. Ibu juga akan merasa sangat dibutuhkan oleh bayinya dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Hal ini akan memperlancar produksi ASI.
2). Aspek fisik
Ø Involusi uteri akan terjadi dengan baik karena dengan menyusui akan terjadi kontraksi rahim yang baik
Ø Ibu dapat merawat sendiri bayinya sehingga dapat mempercepat mobilisasi
b. Bagi bayi
1). Aspek psikologi
Ø Sentuhan badan antara ibu dan bayi akan berpengaruh terhadap perkembangan pskologi bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi.
Ø Bayi akan mendapatkan rasa aman dan terlindung, dan ini merupakan dasar bagi terbentuknya rasa percaya pada diri anak
2). Aspek fisik
Ø Bayi segera mendapatkan colostrum atau ASI jolong yang dapat memberikan kekebalan/antibodi
Ø Bayi segera mendapatkan makanan sesuai pertumbuhannya
Ø Kemungkinan terjadi infeksi nosokomial kecil
Ø Bahaya aspirasi akibat susu botol dapat berkurang
Ø Penyakit sariawan pada bayi dapat dihindari/dikurangi
Ø Alergi terhadap susu buatan berkurang
c. Bagi keluarga
1). Aspek psikologi
Rawat gabung memberikan peluang bagi keluarga untuk memberikan support pada ibu untuk memberikan ASI pada bayi
2). Aspek ekonomi
Lama perawatan lebih pendek karena ibu cepat pulih kembali dan bayi tidak menjadi sakit sehingga biaya perawatan sedikit.
d. Bagi petugas
1). Aspek psikologi
Bayi jarang menangis sehingga petugas di ruang perawatan tenang dan dapat melakukan pekerjaan lainnya.
2). Aspek fisik
Pekerjaan petugas akan berkurang karena sebagian besar tugasnya diambil oleh ibu dan tidak perlu repot menyediakan dan memberikan susu buatan

2.4 Pelaksanaan
a. Di poliklinik kebidanan
Ø Penyuluhan tentang ASI
Ø Memutar film
Ø Melayani konsultasi masalah ibu dan anak
b. Kamar persiapan
Ø Jika rumah sakit telah berfungsi sebagai RS sayang ibu, maka hampir semua ibu yang masuk kamar bersalin sudah mendapat penyuluhan manajemen laktasi sejak mereka berada di poliklinik.
Ø Kamar ini dipersiapkan bagi ibu yang tidak pernah melakukan ANC di RS dimana ia akan bersalin. Di dalam ruangan persiapan diperlukan gambar, poster, brosur dsb untuk membantu memberikan konseling ASI. Di ruangan ini tidak boleh terdapat botol susu, dot atau kempengan apalagi iklan susu formula yang semuanya akan mengganggu keberhasilan ibu menyusui.
c. Kamar Persalinan
Ø Di ruangan ini dapat dipasang gambar, poster tentang menyusui yang baik dan benar. Serta menyusui segera setelah lahir.
Ø Dalam waktu 30 menit setelah lahir bayi segera disusukan. Rangsangan pada puting susu akan merangsang hormon prolaktin dan oksitosin untuk segera memproduksi ASI
d. Kamar perawatan
Ø Bayi diletakkan dekat dengan ibunya
Ø Awasi KU dan kenali keadaan-keadaan yang tidak normal
Ø Ibu dibantu untuk dapat menyusui dengan baik dan cara merawat payudara
Ø Mencatat keadaan bayi sehari-hari
Ø KIE tentang perawatan tali pusat, perawatan bayi, perawatan payudara, cara memandikan bayi, immunisasi dan penanggulangan diare
Ø Jika bayi sakit pindahkan ke ruang khusus

2.5 Sasaran dan Syarat
a. Bayi lahir dengan spontan , baik presentasi kepala atau bokong
b. Jika bayi lahir dengan tindakan maka rawat gabung dapat dilakukan setelah bayi cukup sehat, reflek hisap baik, tidak ada tanda-tanda infeksi dsb
c. Bayi yang lahir dengan Sectio Cesarea dengan anestesi umum, RG dilakukan segera stelah ibu dan bayi sadar penuh (bayi tidak ngantuk)misalnya 4-6 jam setelah operasi.
d. Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (nilai apgar minimal 7)
e. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih
f. Berat lahir 2000-2500 gram atau lebih
g. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum
h. Bayi dan ibu sehat

2.6 Kontra Indikasi
Rawat gabung tidak dianjurkan pada keadaan :
a. Ibu
Ø Penyakit jantung derajat II
Ø Pasca eklamsi
Ø Penyakit infeksi akut, TBC
Ø Hepatitis, terinfeksi HIV, sitimegalovirus, herpes simplek
Ø Karsinoma payudara
b. Bayi
Ø Bayi kejang
Ø Sakit berat pada jantung
Ø Bayi yang memerlukan pengawasan intensif
Ø Catat bawaan sehingga tidak mampu menyusu

2.7 Persyaratan Rawat Gabung yang Ideal
a. Bayi
Ø Ranjang bayi tersendiri yang mudah terjangkau dan dilihat oleh ibu
Ø Bagi yang memerlukan tersedia rak bayi
Ø Ukuran tempat tidur anak 40 x 60 cm
b. Ibu
Ø Ukuran tempat tidur 90 x 200 cm
Ø Tinggi 90 cm
c. Ruang
Ø Ukuran ruang untuk satu tempat tidur 1,5 x 3 m
Ø Ruang dekat dengan ruang petugas (bagi yang masih memerlukan perawatan)
d. Sarana
Ø Lemari pakaian
Ø Tempat mandi bayi dan perlengkapannya
Ø Tempat cuci tangan ibu
Ø Setiap kamar mempunyai kamar mandi ibu sendiri
Ø Ada sarana penghubung
Ø Petunjuk/sarana perawatan payudara, bayi dan nifas, pemberian makanan pada bayi dengan bahasa yang sederhana
Ø Perlengkapan perawatan bayi
e. Petugas
Ø Rasio petugas dengan pasien 1 : 6
Ø Mempunyai kemampuan dan ketrampilan dalam pelaksanaan RG

2.8. Model Pengaturan Ruangan Rawat Gabung
a. satu kamar dengan satu ibu dan anaknya
b. empat sampai lima orang ibu dalam 1 kamar dengan bayi pada kamar yang lain bersebelahan dan bayi dapat diambil tanpa ibu harus meninggalkan tempat tidurnya
c. beberapa ibu dalam 1 kamar dan bayi dipisahkan dalam 1 ruangan kaca yang kedap udara
d. model dimana ibu dan bayi tidur di atas tempat tidur yang sama
e. bayi di tempat tidur yang letaknya disamping ibu

2.9 Keuntungan dan Kerugian
a. Keuntungan
Ø Menggalakkan penggunaan ASI
Ø Kontak emosi ibu dan bayi lebih dini dan lebih erat
Ø Ibu segera dapat melaporkan keadaan-keadaanbayi yang aneh
Ø Ibu dapat belajar merawat bayi
Ø Mengurangi ketergantungan ibu pada bidan
Ø Membangkitkan kepercayaan diri yang lebih besar dalam merawat bayi
Ø Berkurangnya infeksi silang
Ø Mengurangi beban perawatan terutama dalam pengawasan
b. Kerugian
Ø Ibu kurang istirahat
Ø Dapat terjadi kesalahan dalam pemberian makanan karena pengaruh orang lain
Ø Bayi bisa mendapatkan infeksi dari pengunjung
Ø Pada pelaksanaan ada hambatan tekhnis/fasilitas




DAFTAR PUSTAKA

http://bidandhila.blogspot.com/2009/01/rawat-gabung.html
BAB II
ISI

Muntah dan Gumoh pada Neonatus dan Bayi
1. Muntah
1.1 Definisi
      Muntah adalah keluarnya sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah makanan masuk lambung agak lama, disertai kontraksi lambung dan abdomen. Dalam beberapa jam pertama setelah lahir, bayi mungkin mengalami muntah lendir, bahkan kadang disertai sedikit darah. Muntah ini tidak jarang menetap setelah pemberian ASI atau makanan, keadaan tersebut kemungkinan disebabkan karena iritasi mukosa lambung oleh sejumlah benda yang tertelan selama proses persalinan
Patofisiologisnya muntah terjadi ketika anak / bayi menyemprotkan isi perutnya keluar, terkadang sampai seluruh isinya dikeluarkan. Pada bayi, muntah sering terjadi pada minggu – minggu pertama. Hal tersebut merupakan reaksi spontan ketika isi lambung dikeluarkan dengan paksa melalui mulut. Refleks ini dikoordinasikan di medula oblongata. Muntah dapat dikaitkan dengan keracunan, penyakit saluran pencernaan, penyakit intrakranial, atau toksin yang dihasilkan oleh bakteri.

1.2 Etiologi
Muntah bisa disebabkan karena berbagai hal seperti berikut :
a.) Karena adanya kelainan kongenital
Pada saluran pencernaan, iritaasi lambung, atresia esofagus, tekanan intrakanial yang tinggi
b). Adanya infeksi pada saluran pencernaan
c.) Cara pemberian makan yang salah
d.) keracunan
e.)ASI atau susu yang diberikan melebihi kapasitas lambung.
f. )Lambung yang penuh juga bisa membuat bayi gumoh. Ini terjadi karena makanan yang terdahulu belum sampai ke usus, sudah diisi makanan lagi. Akibatnya si bayi muntah.
g.) pemakaian bentuk dot. Jika si bayi suka dot besar lalu diberi dot kecil, ia akan malas mengisap karena lama. Akibatnya susu tetap keluar dari dot dan memenuhi mulut si bayi dan lebih banyak udara yang masuk. Udara masuk ke lambung, membuat bayi muntah.
h. )Klep penutup lambung belum berfungsi sempurna. Dari mulut, susu akan masuk ke saluran pencernaan atas, baru kemudian ke lambung. di antara kedua organ tersebut terdapat klep penutup lambung. Pada bayi, klep ini biasanya belum berfungsi sempurna.
i.) fungsi pencernaan bayi dengan peristaltik (gelombang kontraksi pada dinding lambung dan usus) untuk makanan dapat masuk dari saluran pencernaan ke usus, masih belum sempurna.

1.3 Komplikasi terjadinya muntah, yaitu :
a. Dehidrasi karena kehilangan cairan tubuh / elektrolit
b. Ketosis karena tidak makan dan minum
c. Asidosis yang disebab adanya ketosis yang dapat berkelanjutan menjadi syok bahkan sampai kejang
d. Ketegangan otot perut, perdarahan konjungtiva, ruftur esofagus, aspirasi, yang disebabkan karena muntah yang sangat hebat

Sifat muntah, diantaranya :
a. Keluar cairan terus – menerus, hal ini kemungkinan disebabkan oleh obstruksi esofagus
b. Muntah proyektil, hal ini kemungkinan disebabkan oleh stenosis pilorus ( suatu kelemahan pada katup diujung bawah lambung yang menghubungkan lambung dengan usus 12 jari yang tidak mau membuka )
c. Muntah hijau kekuning – kuningan kemungkinan akibat obstuksi dibawah ampula vateri
d. Muntah segera setelah lahir dan menetap, kemungkinan adanya tekanan intrakanial yang tinggi atau obstruksi pada usul

1.4 Penatalaksanaan
1. Kaji faktor penyebab dan sifat muntah
a. Jika terjadi pengeluaran cairan terus – menerus, maka kemungkinan dikarenakan obstruksi esofagus
b. Jika terjadi muntah berwarna hijau kekuning – kuningan, maka patut dicurigai adanya obstruksi dibawah ampula vateri
c. Jika terjadi muntah proyektil, maka harus dicurigai adanya stenosis pilorus
d. Jika terjadi segera setelah lahir kemudian menetap, maka kemungkinan terjadi peningkatan tekanan intrakranial
2. Berikan pengobatan yang bergantung pada faktor penyebab
3. Ciptakan suasana tenang
4. Perlakukan bayi dengan baik dan hati – hati
5. Berikan diet yang sesuai dan tidak merangsang muntah
6. Hindari memberikan ASI/susu saat bayi berbaring. Jaga agar bayi tetap dalam posisi tegak sekitar 30 menit setelah menyusu.
7. Hindari meletakkan bayi di kursi bayi karena akan meningkatkan tekanan pada perut.
8. Kontrol jumlah ASI/susu yang diberikan.misal Berikan ASI /susu dengan jumlah sedikit tapi sering.
9. sendawakan bayi segera setelah menyusu. Bahkan bayi terkadang masih membutuhkan bersendawa di antara 2 waktu menysusu.
10. Hindari memberikan ASI/susu ketika bayi sangat lapar, karena bayi akan tergesa-gesa saat minum sehingga akan menimbulkan udara masuk.
11. jika menyusui, posisi bayi dimiringkan. Kepalanya lebih tinggi dari kaki sehingga membentuk sudut 45 derajat. Jadi cairan yang masuk bisa turun ke bawah.
12. Biarkan saja jika bayi mengeluarkan gumoh dari hidungnya. Hal ini justru lebih baik daripada cairan kembali dihirup dan masuk ke dalam paru-paru karena bisa menyebabkan radang atau infeksi. Muntah pada bayi bukan cuma keluar dari mulut, tapi juga bisa dari hidung. Hal ini terjadi karena mulut, hidung, dan tenggorokan punya saluran yang berhubungan. Pada saat muntah, ada sebagian yang keluar dari mulut dan sebagian lagi dari hidung.

Mungkin karena muntahnya banyak dan tak semuanya bisa keluar dari mulut, maka cairan itu mencari jalan keluar lewat hidung.
1.5 Pencegahan
Berikut ini cara yang dapat dilakukan untuk mencegah bayi muntah :
1. Cuci tangan dan sterilkan botol sebelum membuat susu untuk mencegah masuknya kuman/bakteri
2. Sendawakan bayi sebelum dan sesudah minun susu, dengan cara digendong tegak lurus dan disandarkan dibahu anda. tepuk pundaknya dengan halus sampai bayi bersendawa
3. Berikan susu pada bayi secukupnya dan pada waktu tepat.jangan memberikan susu saat bayi sangat lapar,karena bayi cenderung untuk minum dengan terburu-buru dan dalam jumlah banyak.jarak pemberian susu formula kurang lebih 3,5 - 4 jam.
4. Pada waktu menyusukan bayi dengan dot. usahakan nipple dot masuk seluruhnya didalam mulut bayi dengan posisi tegak lurus dengan mulut bayi. Hal ini akan mengurangi masuknya udara ke perut bayi pada saat menyusu, sehingga mencegah bayi muntah.
5. Tempatkanlah bayi di ruangan yang tenang pada saat menyusu dengan posisi berbaring menggunakan bantal yang agak tinggi.
6. Biarkan bayi berbaring kurang lebih 10 menit setelah menyusu, setelah itu sendawakan.


2. Gumoh
2.1 Definisi
      Gumoh (Gastroesophageal Reflux) adalah keluarnya kembali sebagian kecil isi lambung beberapa saat setelah makanan masuk kedalam lambung. Muntah susu adalah hal yang biasa terjadi, terutama pada bayi yang mendapatkan ASI. Hal ini tidak akan mengganggu pertambahan berat badan secara signifikan. Gumoh biasanya terjadi karena bayi menelan udara saat menyusui.
Patofisiologisnya pada keadaan gumoh, biasanya lambung sudah dalam keadaan terisi penuh, sehingga terkadang gumoh bercampur dengan air liur yang mengalir kembali ke atas dan keluar melalui mulut pada sudut – sudut bibir. Hal tersebut disebabkan karena otot katup diujung lambung tidak bisa bekerja dengan baik. Otot tersebut seharusnya mendorong isi lambung ke bawah. Keadaan ini dapat juga terjadi pada orang dewasa dan anak – anak yang lebih besar. Kebanyakan gumoh terjadi pada bayi dibulan – bulan pertama kehidupannya.

2.2 Etiologi
Penyebab terjadinya gumoh adalah, sebagai berikkut :
a. Bayi sudah merasa kenyang
b. Posisi salah pada saat menyusui
c. Posisi botol yang salah
d. Tergesa – gesa pada saat pemberian susu
e. Kegagalan dalam mengeluarkan udara yang tertelan

2.3 Penatalaksanaan
1. Perbaiki teknik menyusui
2. Perhatikan posisi botol saat pemberian susu
3. Sendawakan bayi setelah disusui
4. Lakukan teknik menyusui yang benar, yaitu bibir mencakup rapat seluruh puting susu ibu.

2.4 Pencegahan
• Tepuk-tepuk punggung bayi usai menyusui sampai ia bersendawa
• Jangan terus memberi susu pada saat si kecil menangis. Buatlah tangisannya berhenti baru menyusui
• Berikan ASI hanya bila ia minta (menangis) dan jangan sekali-sekali menyusui di tengah tidur pulasnya


3. Perbedaan Muntah dan Gumoh

Ciri-ciri Muntah Gumoh
1. Volume cairan/ makanan yang dimuntahkan Banyak lebih dari 10 cc. Berupa ASI atau susu formula dan makanan (pada bayi diatas 6 bulan) Sedikit kurang dari 10 cc. Berupa ASI yang sudah ditelan bayi.

2. Cara keluar Menyembur dari perut bayi disertai kontraksi otot perut. Kadang juga keluar lewat lubang hidung bayi Mengalir biasa dari mulut bayi. Tidak disertai kontraksi otot perut.
3. Umur bayi Tidak terjadi pada bayi baru lahir. Tapi bisa terjadi pada bayi berumur 2 bulan dan dapat berlangsung sepanjang usia Tidak terjadi Kebanyakan terjadi pada bayi berumur beberapa minggu, 1-4 bulan atau 6 bulan dan akan hilang dengan sendirinya.
4. Arti Bisa menjadi pertanda adanya gangguan kesehatan bayi atau gangguan fungsi pada organ pencernaan bayi Proses alami dan wajar untuk mengeluarkan udara yang tertelan bayi saat minum ASI.
5. Penyebab Ada kelainan pada sistem pencernaan bayi, misalnya kelainan katup pemisah lambung dan usus 12 jari. Cairan muntah biasanya berwarna hijau. Ada infeksi atau luka, misalnya infeksi tenggorokan yang memicu muntah. Kadang disertai bercak darah Bayi terlalu banyak ASI. Saat makan/ minum, udara ikut tertelan. Bayi gagal menelan karena otot penghubung mulut dan kerongkongan belum matang. Banyak terjadi pada bayi prematur.
6. Cara Mengatasi Ditangani dokter sesuai dengan penyebabnya Disendawakan setelah bayi menyusu.

4. Tanda dan Gejala
Sangat penting mengetahui bahwa muntah atau gumoh berlebihan pada bayi yang mengarah pada hal patologis. Kita tak perlu khawatir jika :
• Berat badan bertambah (dalam rentang normal)
• bayi tampak senang
• pertumbuhan dan perkembangan bayi normal
Sebaliknya, Kita perlu khawatir jika:
• Penurunan berat badan atau tidak ada kenaikan berat badan
• Infeksi dada berulang
• Muntah disertai darah
• Bayi dehidrasi
• Gangguan pernafasan misal henti nafas, biru atau nafas pendek
Tanda awal adanya masalah dengan pemberian ASI/susu pada bayi antara lain:
1. Bayi tidak tenang/selalu rewel/gelisah sepanjang waktu
2. Bayi tidak ingin menyusu /tidak nafsu
3. Bayi selalu menangis saat atau setelah menyusu
4. Bayi muntah /gumoh secara berlebihan yang berulang dan sering.



Bab III
PENUTUP

1.Kesimpulan
Gumoh dan muntah sering kali terjadi hampir setiap pada bayi. Gumoh berbeda dengan muntah. Keduanya merupakan hal biasa (normal) dan tidak menandakan suatu hal yang serius yang terjadi pada bayi. Hanya sebagian kecil kasus muntah bayi (muntah patologis) yang menjadi indikasi gangguan serius .
2.Saran
Orang tua harus pintar untuk membedakan antara muntah dengan gumoh pada anak bayi, karena hal tersebut erat kaitannya dengan gangguan pencernaan yang bisa menimpa bayi.


Daftar pustaka

Nanny Lia Dewi,Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.
*http://www.infoanak,com/gumoh-pada-bayi/*
http://eotjipop.mulltiply.com
kuliahbidan.wordpress.com/.../bayi-anda-gumoh-atau-muntah/

ASFIKSIA NEONATORUM

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi Asfiksia Neonatorum
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapatmengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya.
Keadaan ini disertai dengan hipoksia , hiperkapnia, dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang terdapat pada penderita hipoksia ini merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin.
Haupt (1971) memperlihatkan bahwa frekuensi gangguan pedarahan pada bayi sebagai akibat hipoksia sangat tinggi. Asidosis, gangguan kardiovaskuler serta komplikasinya sebagai akibat langsung dari hipoksia merupakan penyeba utama kegagalan adaptasi bayi bayu lahir (James, 1958). Kegagalan ini akan sering berlajut menjadi gangguan pernafasan pada hari-hari pertama setelah lahir (James, 1958). Penyelidikan patologi anatomis yang dilakukan oleh Larrhoce dan Amakawa (1971) menunjukkan nekrosis berat dan difusi pada jaringan otak bayi yang meninggal karena hipoksia. Karena itu tidaklah mengherankan bahwa sekuele neurologis sering ditemukan pada penderita asfiksia berat. Keadaan ini sangat menghambat pertumbuhan fisis dan mental bayi dikemudian hari. Untuk menghindari atau mengurangi kemungkinan tersebut diatas, perlu dipikirkan tindakan istimewa yang tepat dan rasionil sesuai denganperubahan yang mungkin terjadi pada penderita asfiksia.

2.2 klasifikasi dan Tanda Gejala Asfiksia

1) Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)
Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis sehingga memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala yang muncul pada
2
asfiksia berat adalah sebagai berikut :
a. Frekuensi jantung kecil, yaitu <40 x/menit
b. Tidak ada usaha nafas
c. Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada
d. Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan
e. Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu
f. Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan

2) Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6)
Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai berikut :
a. Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 x/menit
b. Usaha nafas lambat
c. Tonus otot biasanya dalam keadaan baik
d. Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan
e. Bayi tampak sianosis
f. Tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses persalinan

3) Asfiksia ringan (nilai APGAR 7-10)
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah sebagai berikut :
a. Takipnea dengan nafas lebih dari 60 x/menit
b. Bayi tampak sianosis
c. Adanya reaksi sela iga
d. Banyi merinti (grunting)
e. Adanya pernafasan cuping hidung
f. Bayi kurang beraktivitas
g. Dari pemeriksaan auskultasi diperoleh hasil ronchi, rales, dan wheezing positif

2.3 Etiologi

1) Pada janin, kegagalan pernafasan disebabkan oleh beberapa hal berikut :
a. Gangguan sirkulasi dari ibu ke janin, diantaranya disebabkan oleh beberapa hal berikut.
3
• Gangguan aliran pada tali pusat, hal ini biasanya berhubungan dengan adanya lilitan tali pusat, simpul pada tali pusat, tekanan yang kuat pada tali pusat, ketuban pecah yang mengakibatkan tali pusat menumbung dan kehamilan lebih bulan (post term)
• Adanya pengaruh obat, misalnya pada tindakan SC yang menggunakan narkosa.
b. Faktor dari ibu selama kehamilan.
• Gangguan his, misalnya karena atenia uteri yang dapat menyebabkan hipertoni.
• Adanya perdarahan pada plasenta previa dan solutsio plasenta yang dapat menyebabkan turunnya tekanan darah secara mendadak.
• vaso kontriksi arterial pada kasus hipertensi kehamilan dan pre eklamsia dan eklamsia.
• Kasus solutsio plasenta yang dapat menyebabkan gangguan pertukaran gas (oksigen dan zat asam arang).

2) Menurut Towel, asfiksia bisa disebabkan oleh beberapa faktor yakni faktor ibu, plasenta, fetus, neonatus.
a. Ibu
Apabila ibu mengalami hipoksia maka janin juga akan mengami hipoksia yang dapat berkelanjutan menjadi asfiksia dan komplikasi lain. Hipoksia ibu ini dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau anaestesia dalam.
Gangguan aliran darah uterus. Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan demikian pula ke janin . hal ini sering ditemukan pada keadaan:
• Gangguan kontraksi uterus, misalny hipertoni, hipotoni atau tetania uterus akibat penyakit atau obat
• Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan
• Hipertensi pada penyakit eklamsia, dll.

4
b. Plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta, misalny solusio plasenta, perdarahan plasenta, dll.
c. Fetus
Kompresi umbilikus akan dapat mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antar ibu dan janin.
Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada tali pusat menumbung,tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, dll.
d. Neonatus
Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal yaitu :
• Pemakaian obat anaestesia atau analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin
• Trauma yang terjadi pada persalinan misalnya perdarahan intrakranial
• Kelainan kongenital pada bayi, misalnya hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru, dll.
2.4 Patofisoilogi
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu primer.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu
5
sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera.

2.5 Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :

1. Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan otak.

2. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.

3.Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.
4. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.

6
2.6 Penatalaaksanaan
Tindakan yang dapat dilakukan pada bayi asfiksia neonatorum adalah sebagai berikut:
1. Bersihkan jalan napas dengan penghisapan lendir dan kasa steril.
2. Potong tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptik
3. Segera keringkan tubuh bayi dengan handuk atau kain kering yang bersih dan hangat
4. Nilai status pernapasan.
Lakukan hal-hal berikut bila ditemukan tanda-tanda asfiksia:
a) Segera baringkan dengan kepala bayi sedikit ekstensi dan penolong berdiri di sisi kepala bayi dari sisa air ketuban
b) Miringkan kepala bayi
c) Bersihkan mulut dengan kasa yang dibalut pada jari telunjuk
d) Isap cairan dari dalam mulut dan hidung.
5. Lanjutkan menilai status pernafasan.
Nilai status pernafasan apabila masih ada tanda asfiksia caranya dengaan menggosok punggung (melakukan rangsangan taktil). Bila tidak ada perubahan segera berikan napas buatan.















7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur setelah lahir. Etiologi asfiksia yaitu biasanya terjadi pada bayi karena berbagai faktor yaitu faktor ibu, plasenta, fetus dan neonatus. Terjadi apabila saat lahir bayi mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 sehingga kekurangan persediaan O2 dan kesulitab pengeluaran CO2. Komplikasi asfiksia adalah Edema otak & Perdarahan otak, Anuria atau oliguria,Kejang, dan Koma. Tanda dan gejala yaitu Asfiksia ringan : Skor apgar 7-10, Asfiksia Sedang : 4-6, Asfiksia berat : Skor apgar 0 – 3.

3.2 Saran

1. Mahasiswa bisa paham dan mengerti apa itu asfiksia.
2. Mahasiswa bisa memahami dan melaksanakan tindakan segera pada bayi yang terkena asfiksia.















8
DAFTAR PUSTAKA

Nany Lia Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.Jakarta: Salemba Medika.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FK UI.
http://teguhsubianto.blogspot.com
http://sariwiryanetty.blogspot.com

Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Pencernaan

Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal.
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara lain:
1.Nafsu makan.
2.Motilitas.
3.Pengosongan usus.

Nafsu Makan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3–4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari.

Mortalitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.

Pengosongan Usus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal.

Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain:
1.Pemberian diet / makanan yang mengandung serat.
2.Pemberian cairan yang cukup.
3.Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
4.Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.
5.Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah atau obat yang lain.

Tujuan pembelajaran
Mahasiswa setelah mengikuti mata kuliah ini dapat :
1.Menjelaskan pengertian masa nifas
2.Menjelaskan tujuan asuhan masa nifas
3.Menjelaskan peran dan tanggungjawab bidan dalam masa nifas
4.Menjelaskan tahapan masa nifas
5.Mengetahui kebijakan program nasional masa nifas

Pengertian Masa Nifas
1.Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6
minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003).
2.Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6
minggu. (Abdul Bari,2000:122).
3.Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang
meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke
keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).
4.Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan
untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6- 12 minggu. ( Ibrahim C, 1998).

Tujuan Asuhan Masa Nifas
Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas untuk :
1.Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2.Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk
bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3.Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB,
cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari.
4.Memberikan pelayanan keluarga berencana.
5.Mendapatkan kesehatan emosi.

Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum.

Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :
1.Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.
2.Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3.Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
4.Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan
mampu melakukan kegiatan administrasi.
5.Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6.Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan,
mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan
kebersihan yang aman.
7.Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan
rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan,
mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
8.Memberikan asuhan secara professional.

Tahapan Masa Nifas
Masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu :
1.Puerperium dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan.
2.Puerperium intermedial
Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih enam minggu.
3.Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dlam keadaan sempurna terutama ibu bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.

Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
1.Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2.Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3.Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4.Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.

Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas:
Kunjungan I : 6-8 jam post partum, Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena
atonia uteri,Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta
melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut,Memberikan konseling
pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan yang
disebabkan atonia uteri,Pemberian ASI awal,Mengajarkan cara
mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir,Menjaga bayi
tetap sehat melalui pencegahan hipotermi,Setelah bidan melakukan
pertolongan persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk
2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru
lahir dalam keadaan baik.
Kunjungan II :6 hari post partum Memastikan involusi uterus barjalan dengan
normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
@ Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
@ Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
@ Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.
@ Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada
tanda-tanda kesulitan menyusui.
@ Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.

Kunjungan III : 2 minggu post partum Asuhan pada 2 minggu post partum sama
dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.
Kunjungan IV : 6 minggu post partum Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami
ibu selama masa nifas.
Memberikan konseling KB secara dini.




Referensi
Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 80)
Dessy, T., dkk. 2009. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta.